BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, pendidikan dijadikan ujung tombak kemajuan
suatu negara. Pendidikan dipandang mampu jadi pemecah atas masalah-masalah
sosial yang ada. Sejauh ini, pendidikan di negara kita masih semrawut, terutama
soal pengaturan kurikulum. Kritik terhadap kurikulum kita saat ini ialah kurang
tepatnya kurikulum dengan mata pelajaran yang terlalu banyak, dan tidak
berfokus pada hal-hal yang seharusnya diberikan. Dan yang paling parah pada
setiap sistem pendidikan kita yaitu kurangnya evaluasi yang efektif.
Evaluasi/penilaian adalah pengambilan keputusan
berdasarkan hasil pengukuran dan standar kriteria yang merupakan kegiatan
berkesinambungan.[1]
Penilaian pembelajaran merupakan bagian integral dalam proses
pembelajaran di kelas dan oleh karena itu juga menjadi bagian kurikulum tingkat
satuan pendidikan. Artinya, bentuk dan jenis penilaian lebih banyak di tentukan
oleh kurikulum yang berlaku. Disamping itu, semua hal yang menyangkut
pembelajaran mulai dari tujuan, materi, pendekatan, model, strategi, metode,
dan tehnik pembelajaran yang di pilih, di desain, di rumuskan, dan dilakukan
oleh guru juga menentukan bentuk dan jenis penilaian tertentu.
Untuk mengetahui proses pendidikan telah berjalan sesuai
program, serta telah mencapai tujuan secara efisien dan efektif, atau
proses pendidikan tersebut tidak berjalan sesuai program dan tidak mencapai
tujuan yang diharapkan, maka untuk mengetahui hal tersebut diperlukan kegiatan
yang disebut evaluasi.
Penilaian tidak lepas dari komponen kurikulum yang lain karena
semuanya bersifat integral. Begitu juga dengan adanya perubahan paradigma dalam
pendidikan, ia, membawa implikasi pada kebutuhan untuk melakukan penilaian
pembelajaran yang lebih bervariasi. Bentuk dan jenis penilaian pembelajaran
yang biasa di pakai dalam pembelajaran yang berorientasi pada guru dan materi
ajar (teacher centered and content-based learning) akan dirasa
kurang memadai untuk menilai pembelajaran dengan paradigma learner-centered.
Oleh karena itu, keterampilan melakukan penilaian perlu di kembangkan dan di
tingkatkan.
Dengan adanya urgensi yang berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis
akan mencoba membahas makalah “Evaluasi Pembelajaran SKI”. dengan
harapan dapat menjadikan solusi dan memberikan tambahan wawasan terutama bagi
kami selaku penyusun dan manfaat bagi pembaca sekalian.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian Evaluasi Pembelajaran?
2.
Apa Fungsi dari Evaluasi Pembelajaran SKI ?
3.
Sebutkan Prinsip – Prinsip Evaluasi Pembelajaran?
4.
Bagaimana Teknik Evaluasi Pembelajaran SKI di MTs?
5.
Bagaimana Bentuk Intument Evaluasi Pembelajaran SKI di MTs?
6.
Bagaimana Penyusunan Rencana Evaluasi Pembelajaran SKI yang
Berdasarkan Kompetensi?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1.
Untuk Mengetahui Pengertian Evaluasi Pembelajaran.
2.
Untuk Mengetahui Fungsi Evaluasi Pembelajaran SKI.
3.
Untuk Mengetahui Prinsip - Prinsip Evaluasi Pembelajaran.
4.
Untuk Mengetahui Teknik Evaluasi Pembelajaran SKI di MTs.
5.
Untuk Mengetahui Instument Evaluasi Pembelajaran SKI di MTs.
6.
Untuk Mengetahui Penyusunan Rencana Evaluasi Pembelajaran SKI
Berdasarkan Kompetensi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Evaluasi Pendidikan
Penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menetukan nilai
sesuatu adanya unsur penentuan nilai ini yang membuat konsep penilaian sering
disamakan atau di sejajarkan “Evaluasi” oleh karena itu, banyak orang
yang menggunakan dua konsep itu secara bergantian. Sedangkan yang dimaksud
dengan penilaian pembelajaran adalah usaha penialain yang dilakukan oleh guru
atas proses yang telah berlangsung dalam kelas dan hasil belajar yang di
peroleh siswa.
Dalam pengertian yang lain penilaian merupakan rangkaian kegiatan
untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
bersifat informatif dan bermakna dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu,
konsep penilaian pembelajaran disebut dengan “Classroom Assessment”.
Ada dua komponen yang dinilai dalam pembelajaran yaitu proses dan
hasilnya. Kedua komponen itu bisa disebut sebagai objek penilaian. Penilaian
proses pembelajaran meliputi perencanaan pembelajaran dan pelaksanaannya dalam
kelas. Perencanaan sendiri mencakup usaha perumusan indikator, desain strategi,
pilihan metode dan media serta alat dan teknik penilaian pembelajaran.
Sementara itu penilaian atas hasil belajar siswa menyangkut
pemenuhan pemahaman dan kompetensi yang diharapkan sebagaimana dirumuskan dalam
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang indikatornya bisa di lihat dari
tujuan pembelajaran. Hasil pembelajaran yang di evaluasi bisa pada ranah
pengetahuan, sikap dan perilaku.[2]
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa dalam Evaluasi
Pembelajaran terdapat dua subyek yang saling melengkapi,yaitu guru dan
siswa. Keduanya adalah subyek evaluasi yang mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk dapat menilai proses dan hasil belajar.
B. Fungsi dan Tujuan Evaluasi
Pembelajaran SKI
Mengenai Fungsi Evaluasi Pembelajaran SKI ini dapat dibedakan
sesuai dengan subjeknya, yaitu guru dan siswa :
1.
Fungsi Evaluasi Pembelajaran bagi guru adalah memperbaiki proses pembelajaran berikutnya dengan
berpijak pada temuan baik berupa kelemahan atau kekuatan proses kegiatan pembelajaran
yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
2.
Fungsi Evalaluasi Pembelajaran bagi siswa yaitu menggambarkan tingkat pencapaian hasil dan kualitas
kompetensi dirinya.
Mengenai
tujuan Evaluasi Menurut Anas Sudijonno, tujuan evaluasi
pendidikan terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.[3]
1.
Tujuan umum adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk
memperoleh data pembuktian, yang akan menjadi petunjuk sampai di mana tingkat
kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan
kurikuler serta bertujuan untuk mengukur, menilai tingkat efektifitas
mengajar dan metode yang telah diterapkan oleh pendidik dalam proses
pendidikan.
2.
Tujuan khusus adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk
memberikan rangsangan kepada peserta didik dalam menempuh program pendidikan
(memunculkan sikap untuk memperbaiki dan menigkatkan prestasi), serta
bertujuan untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan atau
ketidakberhasilan peserta didik dalam melaksanakan proses pendidikan.
Lebih
singkatnya, Worten, Blaine R, dan James R, Sanders (1987) merumuskan tujuan
evaluasi pendidikan sebagai berikut:[4]
1.
Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
2.
Menilai hasil belajar yang dicapai para pelajar.
3.
Menilai kurikulum.
4.
Memberi kepercayaan kepada sekolah.
5.
Memonitor dana yang telah diberikan.
6.
Memperbaiki materi dan program pendidikan.
C. Prinsip - Prinsip Penilaian
Pembelajaran
Prinsip-Prinsip di bawah ini sangat erat hubungannya baik dengan
alat maupun teknik pelaksanaan evaluasinya, Prinsip-Prinsip tersebut adalah
sebagai berikut :
1.
Eduakatif
Penilaian dilakukan tidak semata untuk mengetahui gambaran umum
mengenai kemampuan siswa untuk mencapai kompetensi-kompetensi yang diharapkan
tetapi juga memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar memotivasi,
memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan siswa, meningkatkan kualitas
belajar dan membina siswa agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
2.
Motivasi
Penilaian merupakan bagian dari proses pendidikan yang harus dapat
memacu dan memotivasi peserta didik untuk lebih berprestasi meraih tingkat yang
setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya. Melalui penilaian, guru dan
siswa bisa mengindentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Dengan
demikian, mereka mengetahui hal-hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan
kekuatan dan memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran. Jadi evaluasi
bukan sekedar pengukuran hasil belajar siswa dalam kelas saja dan hanya
menampilkan dalam bentuk angka-angka melainkan meningkatkan motivasi belajar
siswa.
3.
Keadilan
Penilaian yang dilakukan harus memiliki prinsip keadilan yang tinggi,
artinya siswa diperlakukan sama sehingga tidak merugikan salah satu atau
sekelompok siswa yang dinilai, selain itu, penialaian tidak boleh membedakan
latar belakang sosial ekonomi, budaya, bahasa, gender dan agama.
4.
Komprehensif dan Berkesinambungan
Penilaian pembelajaran harus mencakup semua aspek kompetensi
sebagaimana dirumuskan dalam standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
dan oleh karena kebutuhan berbagai jenis teknik yang sesuai. Penilaian
juga harus dilakukan secara continuo atau secara terus menerus, jadi tidak
hanya di akhir semester.
5.
Terpadu dan Terbuka
Prinsip-Prinsip tersebut harus diperhatikan oleh guru dan siswa
sebelum melakukan evaluasi dan harus dipenuhi saat melakukannya evaluasi
pembelajaran SKI.[5]
Upaya penilaian pembelajaran
ini mensyaratkan adanya alat dan teknik untuk dapat melakukannya. Alat yang
dimaksud dapat berupa tes atau non tes. Alat dan teknik yang akan digunakan
untuk mengumpulkan informasi mengenai proses dan hasil belajar siswa harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.
Validitas
Alat pengukuran harus mengukur
apa yang seharusnya di ukur, seperti kompetensi siswa dengan kriteria yang
dirumuskan dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), proses
pembelajaran dengan rencana pembelajarannya.
2.
Reliabilitas
Alat penilaian bisa menghasilkan data yang ajeg atau konsisten dan
karena itu dapat diandalkan. Ini konsistensi, misalnya, guru menilai dengan
unjuk kerja, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cinderung
sama bila unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relative sama.
Untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk palaksanaan unjuk kerja dan
perskorannya harus jelas.
3.
Objektif
Penialaian di dasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektifitas guru dan siswa.
4.
Sistematis
Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah yang baku.
5.
Akuntabel
Alat penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur maupun hasilnya.
D. Teknik Evalusi Pembelajaran SKI
Ada beberapa teknik evaluasi yang dapat dilakukan secara komplementer
sesuai dengan kompetensi yang dinilai dalam mata pelajaran SKI. Teknik
penilaian yang di maksud antara lain :
1.
Tes (ujian)
Alat ini dipakai untuk mengukur kompetensi siswa yang berhubungan
dengan pengetahuan data sejarah. Pengetahuan itu bisa berupa informasi mengenai
apa, siapa, kapan, dimana dan bagaimana peristiwa bersejarah terjadi. Secara
teknis pelaksanaan tes ini bisa berupa tes lisan dan tulisan, sedangkan untuk
jenisnya bisa berupa objektif atau subjektif.
2.
Tes Praktik (kinerja)
Ini adalah tes yang meminta peserta didik melakukan perbuatan /
mendemonstrasikan/ menampilkan keterampilan. Dalam rancangan penilaian, tes
dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai macam ulangan dan
ujian.
3.
Observasi
Ini adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap
peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dan/ atau diluar kegiatan
pembelajaran.
4.
Penugasan
Ini adalah penilaian dengan
cara pemberian tugas kepada peserta didik selama pembelajaran baik secara
perorangan maupun perkelompok.
5.
Portofolio
Ini kumpulan dokumen dan karya
–karya peserta dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui
minat, perkembangan prestasi, dan kreatifitas peserta didik (Popham, 1999).
6.
Proyek
Proyek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam
kurun waktu tertentu.
7.
Produk (hasil karya)
Ini adalah penialaian yang meminta peserta didik menghasilkan
suatu hasil karya, penilaian produk ini dilakukan terhadap persiapan,
pelaksanaan/ proses pembuatan dan hasil.
8.
Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang
berisi informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik
yang dipaparkan secara deskriftif.
9.
Evaluasi diri
Ini merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal.[6]
E. Model-Model
Evaluasi Pendidikan
Dengan memperlajari secara intensif tentang model,
seorang evaluator dapat lebih mudah memahami dan kemudian mengembangkan
evaluasi dalam konteks yang lebih luas yaitu bidang pendidikan. Minimal, ada
lima macam model yang dapat dikembangkan sebagai acuan perkembangan model
evaluasi saat ini. Kelima model tersebut adalah model Tyler,
sumatif-formatif, countenance, CIIP, dan Connaisance.
Namun di sini hanya akan diuraikan tiga model saja, yaitu:
1.
Model Tyler
Pendekatan Tyle pada prinsipnya menekankan perlunya suatu
tujuan dalam proses belajar mengajar. Pendekatan ini merupakan pendekatan
sistematis, elegan, akurat, dan secara internal memiliki rasional yang logis.
Dalam bidang kurikulum, fokus model Tyler pada prinsipnya
lebih menekankan perhatian pada sebelum dan sesudah perencanaan kurikulum. Di
samping itu, model Tyler juga menekankan bahwa perilaku yang diperlukan diukur
dua kali, yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (treatment) dicapai oleh
pengembang kurikulum.
2.
Model Evaluasi Sumatif – Formatif
Model evaluasi ini berpijak pada prinsip evaluasi model
Tyler. Aplikasi evaluasi sumatif-formatif sudah banyak dipahami oleh para guru
dan sangat populer, karena model ini dianjurkan oleh pemerintah melalui menteri
pendidikan dan termasuk dalam lingkup evaluasi pembelajaran di kelas.
a.
Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini dilakukan oleh para guru setelah siswa
mengikuti proses pembelajaran dengan waktu tertentu, misalnya pada akhir proses
belajar mengajar, termasuk juga akhir semester. Tujuannya untuk menentukan
posisi siswa dalam penguasaan materi pembelajaran yang telah diikuti selama
satu proses pembelajaran. Adapun fungsi evaluasi sumatif ini adalah sebagai
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan proses pembelajaran, di samping itu juga
untuk menentukan pencapaian hasil belajar yang telah diikuti oleh para siswa.
b.
Evaluasi Formatif
Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang
diperlukan evaluator tentang siswa guna menentukan tingkat perkembangan siswa
dalam satuan unit proses belajar mengajar. Evaluasi ini dilakukan
secara periodik atau kontinu. Fungsinya, agar proses pembelajaran maupun
strategi pembelajaran yang telah diterapkan dapat diperbaiki.
c.
Model CIIP
Model context input process product (CIIP)
merupakan hasil kerja para peneliti USA. Model ini tidak terlalu menekankan
pada tujuan suatu program. Pada model CIIP ini, para evaluator mulai mengambil
perhatian pada bentuk pemikiran lain dengan cara menganalisis guna menentukan
keputusan apa yang hendak dibuat, siapa yang membuat, bagaimana jadwalnya, dan
menggunakan kriteria apa? Hal yang menjadi pokok pertimbangan mencakup empat
macam keputusan, yaitu Context, Input, Process, dan Product.[7]
Dari sekian
banyak model evaluasi pendidikan yang ada, semuanya tetap memiliki keunggulan
dan kelemahan tersendiri. Hak evaluator hendak menggunakan model yang mana,
selama itu dipandang relevan dan akurat.
D. Metode
Evaluasi Pembelajaran
Secara garis besar, metode evaluasi dalam pendidikan
dibedakan dalam dua bentuk, yaitu tes dan nontes. Tipe evaluasi yang pertama
adalah tes yang biasanya direalisasikan dengan tes tertulis. Tes tertulis juga
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Tes objektif
Tes ini disebut juga alat evaluasi guna mengungkap atau
menghafal kembali dan mengenal materi yang telah diberikan. Tes ini biasanya
diberikan dengan item pertanyaan menghafal yang di antaranya sebagai jawaban
bebas, melengkapi, dan identifikasi (Cross 1973: 19). Pertanyaan pengenalan (recognizing
question) dibedakan menjadi tiga macam bentuk tampilan, yaitu soal
benar-salah, pilihan ganda, dan menjodohkan.
Tes objektif ini ada dua macam, yaitu jenis isian (supply
type) dan jenis pilihan ganda (selection type). Tes objektif jenis
isian juga mencakup tiga macam tes, yaitu tes jawaban bebas atau jawaban
terbatas, tes melengkapi, dan tes asosiasi.
Tes objektif jenis pilihan ganda dikatakan lebih efektif
oleh sebagian ahli penilaian, terutama untuk mengukur beberapa hasil belajar
peserta didik. Tes ini bervariasi dari yang sederhana misalnya jawaban dua
alternatif betul-salah, item tes menjodohkan, sampai pada item tes pilihan
ganda yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar kompleks.
2.
Tes Esay
Pertanyaan esai pada umumnya dapat dibedakan dalam dua
jawaban berbeda, yaitu jawaban terbatas dan jawaban luas. Evaluasi yang dibuat
dengan menggunakan pertanyaan esai biasanya digunakan untuk menerangkan,
mengontraskan, menunjukkan hubungan, memberikan pembuktian, menganalisis
perbedaan, menarik kesimpulan, dan menggeneralisasi pengetahuan peserta didik.
Grounlund (1990) membedakan tes esai menjadi dua macam,
yaitu tes esai dengan jawaban panjang, dan tes esai dengan jawaban singkat. Tes
esai dengan jawaban panjang dirancang oleh para evaluator untuk melihat
kemampuan siswa dalam menuangkan ide dalam satu kesatuan yang komprehensip,
koherensi, dan sistematis sehingga memberikan kejelasan jawaban. Jawaban tes
esai yang tidak membatasi ide-ide yang dituangkan oleh siswa untuk menjawab
pertanyaan item merupakan tes yang disusun untuk tujuan tertentu. Contohnya,
tes tertulis ujian tahap akhir, yakni ujian skripsi, tesis, dan disertasi, di
mana siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan secara komprehensip dan mendalam.
Tes esai dikatakan sebagai jawaban terbatas, apabila
dalam menjawab para siswa hanya diminta menguraikan ide-idenya secara singkat
dan tepat sesuai dengan spasi atau ruang yang disediakan oleh para evaluator.
Jawaban pertanyaan esai terbatas ini biasanya mengarah kepada jawaban yang
lebih spesifik dan lebih pasti seperti kunci jawaban yang telah dibuat
evaluator.
Item tes esai dapat dikontruksi dengan menggunakan kata
bantu pertanyaan tertentu yang mengandung unsur 4W + 1H. Di samping itu,
pertanyaan esai harus direncanakan secara sistematis untuk mendorong para siswa
agar memiliki kemampuan mengekspresikan ide-ide mereka.[8]
Bentuk kedua evaluasi ialah nontes. Alat nontes ini
digunakan untuk mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari
siswa. Alat nontes kadang ada yang menggunakan pengukuran, tetapi ada pula yang
tidak menggunakan pengukuran, sebagai contoh observasi, bentuk laporan, teknik
audio visual, dan teknik sosiometri.
Alat evaluasi lain yang termasuk nontes adalah angket dan
kuesioner. Dalam bidang evaluasi, angket sering digunakan untuk menentukan
kondisi tertentu dan fakta tentang siswa.[9]
F. Instrumen Evaluasi Pembelajaran
SKI
Setiap teknik evaluasi harus di buatkan instrument evaluasi yang
sesuai. Table berikut menyajikan klasifikasi penilaian dan bentuk instrument.
Klasifikasi teknik, jenis, dan instrument penilaian yang bisa
dipakai untuk mata pelajaran SKI :
Teknik
|
Jenis
|
Intrument
|
Tes
|
Tulis
|
Tes
Objektif :
- Tes Pilihan Ganda
- Benar-Salah
- Menjodohkan, dll
|
Tes
Uraian :
- Uraian Objektif/Isian
Singkat
- Uraian/Essay
|
||
Lisan
|
Daftar
Pertanyaan
|
|
Unjuk Kerja
|
Tes
Identifikasi
Tes
Simulasi
Tes
Uji Petik Kinerja
|
|
Observasi
|
Langsung
|
Check
List
|
Laporan Pribadi
|
Rating
Scale
|
|
Penugasan
|
Tugas Individu
|
Pekerjaan
Rumah
Proyek
|
Tugas Kelompok
|
||
Portofolio
|
Dokumentasi
|
Lembar
Portofolio
|
Evaluasi diri
|
Tulis
|
Quesioner
|
Inventori
|
Tulis
|
Rating
Scale :
- Skala Beda Semantic
- Skala Thurtstone
- Scala Likert
|
G. Penyusunan Rencana Evaluasi
Pembelajaran SKI
Penyusunan rencana evaluasi pembelajaran SKI mempunyai beberapa
tahapan yang meliputi perencanaan, pengembangan instrument, evaluasi, analisis
hasil, dan tindak lanjut. Secara teknis kegiatan pada tahap perencanaan
evaluasi oleh pendidik sebagai berikut:
1.
Perumusan tujuan evaluasi pembelajaran SKI.
2.
Pengembangan indikator pencapaian kompetensi dasar.
3.
Penyusunan rancangan evaluasi baik menyangkut teknik dan bentuk
penilaiannya.
4.
Penetapan kriteria kentuntasan minimal (KKM).
5.
Mata pelajaran SKI melalui analisis indikator dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, dan kondisi satuan pendidikan.
6.
Pengembangan indikator penilaian, kisi-kisi, instrument
penilaian.
Secara umum langkah - langkah penilaian bertahap seperti bagan di
bawah ini :
1.
Perumusan Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Tujuan evaluasi tertuju pada dua objek yaitu proses pembelajaran
dan tingkat pencapaian dan kompetensi siswa. Rumusan tujuan akan membimbing
pada pengembangan instrument penilitian. Secara umum tujuan evaluasi
pembelajaran untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
a.
Apakah proses pembelajaran yang direncanakan dan dilakukan oleh
guru sudah berjalan efektif, baik dari sisi strategi, metode, teknik, dan media
pembelajarannya. Untuk menjawabnya, guru bisa menggunakan Quesioner, evaluasi
diri, angket, dll?
b.
Bagaimana tingkat penerimaan, pemahaman, dan pencapaian kompetensi
siswa dalam pembelajaran SKI?
2.
Pengembangan Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar
Indikator yang terdapat dalam standar kompetensi mata pelajaran
SKI bisa dikelompokkan ke dalam dua aspek yaitu:
a.
Kemampuan untuk mengembangkan konsep dan nilai-nilai dalam sejarah
dan peradaban Islam.
b.
Kemampuan untuk menerapkan konsep nilai-nilai sejarah melalui
praktik atau pengalaman belajar.
3.
Penentuan Desain Evaluasi Hasil Pembelajaran
Dalam penyusunan desain instrumen, Pembuatan kisi-kisi aspek yang
di ujikan dan kunci jawaban disertakan.
Disamping itu, penetapan criteria ketuntasan atau kelulusan
belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) harus dirumusskan
pada saat penyusunan desain instrument. Secara umum kriteria ketuntasan itu
bisa berkisar antara 0%-100% akan tetapi, kriteria ideal untuk masing-masing
indikator lebih besar dari 60%. Dengan system KTSP, sekolah dapat menetapkan
kriteria atau tingkat pencapaian indikator tersendiri, apakah 50%, 60% atau
70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat
kemampuan akademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru
serta ketersediaan sarana dan prasarana.[10]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaluasi atau penilaian Pembelajaran adalah suatu proses atau
usaha penilaian yang dilakukan oleh guru atas proses yang tengah berlangsung
dalam kelas dan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa.
Untuk dapat melakukan penilaian dari proses dan hasil belajar
siswa, seorang guru harus memperhatikan prinsip-prinsip umum yang biasa berlaku
dalam kegiatan penilaian. Prinsip-prinsip itu antara lain edukatif (mendidik),
memotivasi, berkeadilan, terpadu dan terbuka, komprehensif dan
berkesinambungan. Disamping itu, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
oleh alat dan teknik penilaian sebelum dipakai untuk menggali dan mengukur
informasi mengenai objek dan subjek penilaian. Persyaratan itu antara lain
validitas, reliabilitas, objektifitas, sistematis dan akuntabel.
Pentingnya nilai penilaian ini mendorong setiap orang untuk
menanganinya dengan seksama, penilaian pendidikan tidak bisa dilakukan apa
adanya, penilaiah haruslah dilakukan dengan cara terencana dan ada
langkah-langkah serta procedural yang hendak dilakukan. Berikut adalah
langkah-langkahnya : “ Perumusan tujuan, penetuan desain, penyusunan
instrument, pengumpulan instrument, pengumpulan informasi, analisis dan tindak
lanjut.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa
berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
[4] Farida Yusuf
Tayibnapis, Evaluasi Pendidikan dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), h. 3
[5] M. Hanafi, Pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta : Dirjen Pendidikan Agama Islam
Departemen Agama RI, 2009), h. 23
[8] H.M
Sukardi, Evaluasi Pendidikan; Prinsip & Operasionalnya,
(Jakarta: Bumi Aksara,2009), h. 94-95
[9] Ibid.,
h. 96
[10] Farida Yusuf
Tayibnapis, Evaluasi Pendidikan dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 15-16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar