Rabu, 07 November 2018

evaluasi pembelajaran SKI


BAB 1
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, pendidikan dijadikan ujung tombak kemajuan suatu negara. Pendidikan dipandang mampu jadi pemecah atas masalah-masalah sosial yang ada. Sejauh ini, pendidikan di negara kita masih semrawut, terutama soal pengaturan kurikulum. Kritik terhadap kurikulum kita saat ini ialah kurang tepatnya kurikulum dengan mata pelajaran yang terlalu banyak, dan tidak berfokus pada hal-hal yang seharusnya diberikan. Dan yang paling parah pada setiap sistem pendidikan kita yaitu kurangnya evaluasi yang efektif.
Evaluasi/penilaian adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar kriteria yang merupakan kegiatan berkesinambungan.[1]
Penilaian pembelajaran merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran di kelas dan oleh karena itu juga menjadi bagian kurikulum tingkat satuan pendidikan. Artinya, bentuk dan jenis penilaian lebih banyak di tentukan oleh kurikulum yang berlaku. Disamping itu, semua hal yang menyangkut pembelajaran mulai dari tujuan, materi, pendekatan, model, strategi, metode, dan tehnik pembelajaran yang di pilih, di desain, di rumuskan, dan dilakukan oleh guru juga menentukan bentuk dan jenis penilaian tertentu.
Untuk mengetahui proses pendidikan telah berjalan sesuai program, serta telah mencapai tujuan secara efisien dan efektif, atau proses pendidikan tersebut tidak berjalan sesuai program dan tidak mencapai tujuan yang diharapkan, maka untuk mengetahui hal tersebut diperlukan kegiatan yang disebut evaluasi.
Penilaian tidak lepas dari komponen kurikulum yang lain karena semuanya bersifat integral. Begitu juga dengan adanya perubahan paradigma dalam pendidikan, ia, membawa implikasi pada kebutuhan untuk melakukan penilaian pembelajaran yang lebih bervariasi. Bentuk dan jenis penilaian pembelajaran yang biasa di pakai dalam pembelajaran yang berorientasi pada guru dan materi ajar (teacher centered and content-based learning) akan dirasa kurang memadai untuk menilai pembelajaran dengan paradigma learner-centered. Oleh karena itu, keterampilan melakukan penilaian perlu di kembangkan dan di tingkatkan.
Dengan adanya urgensi yang berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis  akan mencoba membahas makalah “Evaluasi Pembelajaran SKI”. dengan harapan dapat menjadikan solusi dan memberikan tambahan wawasan terutama bagi kami selaku penyusun dan manfaat bagi pembaca sekalian.
B.       Rumusan Masalah
1.             Apa Pengertian Evaluasi Pembelajaran?
2.             Apa Fungsi dari Evaluasi Pembelajaran SKI ?
3.             Sebutkan Prinsip – Prinsip Evaluasi Pembelajaran?
4.             Bagaimana Teknik  Evaluasi Pembelajaran SKI di MTs?
5.             Bagaimana Bentuk Intument  Evaluasi Pembelajaran SKI di MTs?
6.             Bagaimana Penyusunan Rencana Evaluasi Pembelajaran SKI yang Berdasarkan Kompetensi?
C.      Tujuan Penulisan Makalah
1.             Untuk Mengetahui Pengertian Evaluasi Pembelajaran.
2.             Untuk Mengetahui Fungsi Evaluasi Pembelajaran SKI.
3.             Untuk Mengetahui Prinsip - Prinsip Evaluasi Pembelajaran.
4.             Untuk Mengetahui Teknik Evaluasi Pembelajaran SKI di MTs.
5.             Untuk Mengetahui Instument  Evaluasi Pembelajaran SKI di MTs.
6.             Untuk Mengetahui Penyusunan Rencana Evaluasi Pembelajaran SKI Berdasarkan Kompetensi.










BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Evaluasi Pendidikan
Penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menetukan nilai sesuatu adanya unsur penentuan nilai ini yang membuat konsep penilaian sering disamakan atau di sejajarkan “Evaluasi” oleh karena itu, banyak orang yang menggunakan dua konsep itu secara bergantian. Sedangkan yang dimaksud dengan penilaian pembelajaran adalah usaha penialain yang dilakukan oleh guru atas proses yang telah berlangsung dalam kelas dan hasil belajar yang di peroleh siswa.
Dalam pengertian yang lain penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, bersifat informatif dan bermakna dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, konsep penilaian pembelajaran disebut dengan “Classroom Assessment”.
Ada dua komponen yang dinilai dalam pembelajaran yaitu proses dan hasilnya. Kedua komponen itu bisa disebut sebagai objek penilaian. Penilaian proses pembelajaran meliputi perencanaan pembelajaran dan pelaksanaannya dalam kelas. Perencanaan sendiri mencakup usaha perumusan indikator, desain strategi, pilihan metode dan media serta alat dan teknik penilaian pembelajaran.
Sementara itu penilaian atas hasil belajar siswa menyangkut pemenuhan pemahaman dan kompetensi yang diharapkan sebagaimana dirumuskan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang indikatornya bisa di lihat dari tujuan pembelajaran. Hasil pembelajaran yang di evaluasi bisa pada ranah pengetahuan, sikap dan perilaku.[2]
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa dalam Evaluasi Pembelajaran terdapat dua subyek yang saling melengkapi,yaitu  guru dan siswa. Keduanya adalah subyek evaluasi yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk dapat menilai proses dan hasil belajar.
B.       Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran SKI
Mengenai Fungsi Evaluasi Pembelajaran SKI ini dapat dibedakan sesuai dengan subjeknya, yaitu guru dan siswa :
1.             Fungsi Evaluasi Pembelajaran bagi guru adalah memperbaiki proses pembelajaran berikutnya dengan berpijak pada temuan baik berupa kelemahan atau kekuatan proses kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
2.             Fungsi Evalaluasi Pembelajaran bagi siswa yaitu menggambarkan tingkat pencapaian hasil dan kualitas kompetensi dirinya.
Mengenai tujuan Evaluasi Menurut Anas Sudijonno, tujuan evaluasi pendidikan terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.[3]
1.             Tujuan umum adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memperoleh data pembuktian, yang akan menjadi petunjuk sampai di mana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan kurikuler serta bertujuan untuk mengukur, menilai tingkat efektifitas mengajar dan metode yang telah diterapkan oleh pendidik dalam proses pendidikan.
2.             Tujuan khusus adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memberikan rangsangan kepada peserta didik dalam menempuh program pendidikan (memunculkan sikap untuk memperbaiki dan menigkatkan prestasi), serta bertujuan untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan atau ketidakberhasilan peserta didik dalam melaksanakan proses pendidikan.
Lebih singkatnya, Worten, Blaine R, dan James R, Sanders (1987) merumuskan tujuan evaluasi pendidikan sebagai berikut:[4]
1.             Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
2.             Menilai hasil belajar yang dicapai para pelajar.
3.             Menilai kurikulum.
4.             Memberi kepercayaan kepada sekolah.
5.             Memonitor dana yang telah diberikan.
6.             Memperbaiki materi dan program pendidikan.
C.      Prinsip - Prinsip Penilaian Pembelajaran
Prinsip-Prinsip di bawah ini sangat erat hubungannya baik dengan alat maupun teknik pelaksanaan evaluasinya, Prinsip-Prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1.             Eduakatif
Penilaian dilakukan tidak semata untuk mengetahui gambaran umum mengenai kemampuan siswa untuk mencapai kompetensi-kompetensi yang diharapkan tetapi juga memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Proses dan hasil penilaian dapat dijadikan dasar memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan siswa, meningkatkan kualitas belajar dan membina siswa agar tumbuh dan berkembang secara optimal.
2.             Motivasi
Penilaian merupakan bagian dari proses pendidikan yang harus dapat memacu dan memotivasi peserta didik untuk lebih berprestasi meraih tingkat yang setinggi-tingginya sesuai dengan kemampuannya. Melalui penilaian, guru dan siswa bisa mengindentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Dengan demikian, mereka mengetahui hal-hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan kekuatan dan memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran. Jadi evaluasi bukan sekedar pengukuran hasil belajar siswa dalam kelas saja dan hanya menampilkan dalam bentuk angka-angka melainkan meningkatkan motivasi belajar siswa.
3.             Keadilan
Penilaian yang dilakukan harus memiliki prinsip keadilan yang tinggi, artinya siswa diperlakukan sama sehingga tidak merugikan salah satu atau sekelompok siswa yang dinilai, selain itu, penialaian tidak boleh membedakan latar belakang sosial ekonomi, budaya, bahasa, gender dan agama.

4.             Komprehensif dan Berkesinambungan
Penilaian pembelajaran harus mencakup semua aspek kompetensi sebagaimana dirumuskan dalam standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dan oleh karena kebutuhan berbagai jenis  teknik yang sesuai. Penilaian juga harus dilakukan secara continuo atau secara terus menerus, jadi tidak hanya di akhir semester.
5.             Terpadu dan Terbuka
Prinsip-Prinsip tersebut harus diperhatikan oleh guru dan siswa sebelum melakukan evaluasi dan harus dipenuhi saat melakukannya evaluasi pembelajaran SKI.[5]
Upaya penilaian pembelajaran ini mensyaratkan adanya alat dan teknik untuk dapat melakukannya. Alat yang dimaksud dapat berupa tes atau non tes. Alat dan teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai proses dan hasil belajar siswa harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.             Validitas
Alat pengukuran harus mengukur apa yang seharusnya di ukur, seperti kompetensi siswa dengan kriteria yang dirumuskan dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), proses pembelajaran dengan rencana pembelajarannya.  
2.             Reliabilitas
Alat penilaian bisa menghasilkan data yang ajeg atau konsisten dan karena itu dapat diandalkan. Ini konsistensi, misalnya, guru menilai dengan unjuk kerja, penilaian akan reliabel jika hasil yang diperoleh itu cinderung sama bila unjuk kerja itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relative sama. Untuk menjamin penilaian yang reliabel petunjuk palaksanaan unjuk kerja dan perskorannya harus jelas.
3.             Objektif
Penialaian di dasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektifitas guru dan siswa.

4.             Sistematis
Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku.
5.             Akuntabel
Alat penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya.
D.      Teknik Evalusi Pembelajaran SKI
Ada beberapa teknik evaluasi yang dapat dilakukan secara komplementer sesuai dengan kompetensi yang dinilai dalam mata pelajaran SKI. Teknik penilaian yang di maksud antara lain :
1.             Tes (ujian)
Alat ini dipakai untuk mengukur kompetensi siswa yang berhubungan dengan pengetahuan data sejarah. Pengetahuan itu bisa berupa informasi mengenai apa, siapa, kapan, dimana dan bagaimana peristiwa bersejarah terjadi. Secara teknis pelaksanaan tes ini bisa berupa tes lisan dan tulisan, sedangkan untuk jenisnya bisa berupa objektif atau subjektif.
2.             Tes Praktik (kinerja)
Ini adalah tes yang meminta peserta didik melakukan perbuatan / mendemonstrasikan/ menampilkan keterampilan. Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai macam ulangan dan ujian. 
3.             Observasi
Ini adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dan/ atau diluar kegiatan pembelajaran.
4.             Penugasan
Ini adalah penilaian dengan cara pemberian tugas kepada peserta didik selama pembelajaran  baik secara perorangan maupun perkelompok. 
5.             Portofolio
Ini kumpulan dokumen dan karya –karya peserta dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan kreatifitas peserta didik (Popham, 1999).
6.             Proyek
Proyek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
7.             Produk (hasil karya)
Ini adalah penialaian yang meminta peserta didik menghasilkan suatu hasil karya, penilaian produk ini dilakukan terhadap persiapan, pelaksanaan/ proses pembuatan dan hasil.
8.             Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik yang dipaparkan secara deskriftif.
9.             Evaluasi  diri 
Ini merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal.[6]
E.       Model-Model Evaluasi Pendidikan
Dengan memperlajari secara intensif tentang model, seorang evaluator dapat lebih mudah memahami dan kemudian mengembangkan evaluasi dalam konteks yang lebih luas yaitu bidang pendidikan. Minimal, ada lima macam model yang dapat dikembangkan sebagai acuan perkembangan model evaluasi saat ini. Kelima model tersebut adalah model Tyler, sumatif-formatif, countenance, CIIP, dan Connaisance. Namun di sini hanya akan diuraikan tiga model saja, yaitu:
1.             Model Tyler
Pendekatan Tyle pada prinsipnya menekankan perlunya suatu tujuan dalam proses belajar mengajar. Pendekatan ini merupakan pendekatan sistematis, elegan, akurat, dan secara internal memiliki rasional yang logis.
Dalam bidang kurikulum, fokus model Tyler pada prinsipnya lebih menekankan perhatian pada sebelum dan sesudah perencanaan kurikulum. Di samping itu, model Tyler juga menekankan bahwa perilaku yang diperlukan diukur dua kali, yaitu sebelum dan sesudah perlakuan (treatment) dicapai oleh pengembang kurikulum.
2.             Model Evaluasi Sumatif – Formatif
Model evaluasi ini berpijak pada prinsip evaluasi model Tyler. Aplikasi evaluasi sumatif-formatif sudah banyak dipahami oleh para guru dan sangat populer, karena model ini dianjurkan oleh pemerintah melalui menteri pendidikan dan termasuk dalam lingkup evaluasi pembelajaran di kelas.
a.              Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini dilakukan oleh para guru setelah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan waktu tertentu, misalnya pada akhir proses belajar mengajar, termasuk juga akhir semester. Tujuannya untuk menentukan posisi siswa dalam penguasaan materi pembelajaran yang telah diikuti selama satu proses pembelajaran. Adapun fungsi evaluasi sumatif ini adalah sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan proses pembelajaran, di samping itu juga untuk menentukan pencapaian hasil belajar yang telah diikuti oleh para siswa.
b.             Evaluasi Formatif
Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan evaluator tentang siswa guna menentukan tingkat perkembangan siswa dalam satuan unit  proses belajar mengajar. Evaluasi ini dilakukan secara periodik atau kontinu. Fungsinya, agar proses pembelajaran maupun strategi pembelajaran yang telah diterapkan dapat diperbaiki.
c.              Model CIIP
Model context input process product (CIIP) merupakan hasil kerja para peneliti USA. Model ini tidak terlalu menekankan pada tujuan suatu program. Pada model CIIP ini, para evaluator mulai mengambil perhatian pada bentuk pemikiran lain dengan cara menganalisis guna menentukan keputusan apa yang hendak dibuat, siapa yang membuat, bagaimana jadwalnya, dan menggunakan kriteria apa? Hal yang menjadi pokok pertimbangan mencakup empat macam keputusan, yaitu Context, Input, Process, dan Product.[7]
Dari sekian banyak model evaluasi pendidikan yang ada, semuanya tetap memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Hak evaluator hendak menggunakan model yang mana, selama itu dipandang relevan dan akurat.
D.      Metode Evaluasi Pembelajaran
Secara garis besar, metode evaluasi dalam pendidikan dibedakan dalam dua bentuk, yaitu tes dan nontes. Tipe evaluasi yang pertama adalah tes yang biasanya direalisasikan dengan tes tertulis. Tes tertulis juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.             Tes objektif
Tes ini disebut juga alat evaluasi guna mengungkap atau menghafal kembali dan mengenal materi yang telah diberikan. Tes ini biasanya diberikan dengan item pertanyaan menghafal yang di antaranya sebagai jawaban bebas, melengkapi, dan identifikasi (Cross 1973: 19). Pertanyaan pengenalan (recognizing question) dibedakan menjadi tiga macam bentuk tampilan, yaitu soal benar-salah, pilihan ganda, dan menjodohkan.
Tes objektif ini ada dua macam, yaitu jenis isian (supply type) dan jenis pilihan ganda (selection type). Tes objektif jenis isian juga mencakup tiga macam tes, yaitu tes jawaban bebas atau jawaban terbatas, tes melengkapi, dan tes asosiasi.
Tes objektif jenis pilihan ganda dikatakan lebih efektif oleh sebagian ahli penilaian, terutama untuk mengukur beberapa hasil belajar peserta didik. Tes ini bervariasi dari yang sederhana misalnya jawaban dua alternatif betul-salah, item tes menjodohkan, sampai pada item tes pilihan ganda yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar kompleks.
2.             Tes Esay
Pertanyaan esai pada umumnya dapat dibedakan dalam dua jawaban berbeda, yaitu jawaban terbatas dan jawaban luas. Evaluasi yang dibuat dengan menggunakan pertanyaan esai biasanya digunakan untuk menerangkan, mengontraskan, menunjukkan hubungan, memberikan pembuktian, menganalisis perbedaan, menarik kesimpulan, dan menggeneralisasi pengetahuan peserta didik.
Grounlund (1990) membedakan tes esai menjadi dua macam, yaitu tes esai dengan jawaban panjang, dan tes esai dengan jawaban singkat. Tes esai dengan jawaban panjang dirancang oleh para evaluator untuk melihat kemampuan siswa dalam menuangkan ide dalam satu kesatuan yang komprehensip, koherensi, dan sistematis sehingga memberikan kejelasan jawaban. Jawaban tes esai yang tidak membatasi ide-ide yang dituangkan oleh siswa untuk menjawab pertanyaan item merupakan tes yang disusun untuk tujuan tertentu. Contohnya, tes tertulis ujian tahap akhir, yakni ujian skripsi, tesis, dan disertasi, di mana siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan secara komprehensip dan mendalam.
Tes esai dikatakan sebagai jawaban terbatas, apabila dalam menjawab para siswa hanya diminta menguraikan ide-idenya secara singkat dan tepat sesuai dengan spasi atau ruang yang disediakan oleh para evaluator. Jawaban pertanyaan esai terbatas ini biasanya mengarah kepada jawaban yang lebih spesifik dan lebih pasti seperti kunci jawaban yang telah dibuat evaluator.
Item tes esai dapat dikontruksi dengan menggunakan kata bantu pertanyaan tertentu yang mengandung unsur 4W + 1H. Di samping itu, pertanyaan esai harus direncanakan secara sistematis untuk mendorong para siswa agar memiliki kemampuan mengekspresikan ide-ide mereka.[8] 
Bentuk kedua evaluasi ialah nontes. Alat nontes ini digunakan untuk mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa. Alat nontes kadang ada yang menggunakan pengukuran, tetapi ada pula yang tidak menggunakan pengukuran, sebagai contoh observasi, bentuk laporan, teknik audio visual, dan teknik sosiometri.
Alat evaluasi lain yang termasuk nontes adalah angket dan kuesioner. Dalam bidang evaluasi, angket sering digunakan untuk menentukan kondisi tertentu dan fakta tentang siswa.[9]
F.       Instrumen Evaluasi Pembelajaran SKI
Setiap teknik evaluasi harus di buatkan instrument evaluasi yang sesuai. Table berikut menyajikan klasifikasi penilaian dan bentuk instrument.
Klasifikasi teknik, jenis, dan instrument penilaian yang bisa dipakai untuk mata pelajaran SKI :
Teknik
Jenis
Intrument
Tes
Tulis
Tes Objektif :
-       Tes Pilihan Ganda
-       Benar-Salah
-       Menjodohkan, dll
Tes Uraian :
-       Uraian Objektif/Isian Singkat
-       Uraian/Essay
Lisan
Daftar Pertanyaan
Unjuk Kerja
Tes Identifikasi
Tes Simulasi
Tes Uji Petik Kinerja
Observasi
Langsung
Check List
Laporan Pribadi
Rating Scale
Penugasan
Tugas Individu
Pekerjaan Rumah
Proyek
Tugas Kelompok
Portofolio
Dokumentasi
Lembar Portofolio
Evaluasi diri
Tulis
Quesioner
Inventori
Tulis
Rating Scale :
-       Skala Beda Semantic
-       Skala Thurtstone
-       Scala Likert

G.      Penyusunan Rencana Evaluasi Pembelajaran SKI
Penyusunan rencana evaluasi pembelajaran SKI mempunyai beberapa tahapan yang meliputi perencanaan, pengembangan instrument, evaluasi, analisis hasil, dan tindak lanjut. Secara teknis kegiatan pada tahap perencanaan evaluasi oleh pendidik sebagai berikut:
1.             Perumusan tujuan evaluasi pembelajaran SKI.
2.             Pengembangan indikator pencapaian kompetensi dasar.
3.             Penyusunan rancangan evaluasi baik menyangkut teknik dan bentuk penilaiannya.
4.             Penetapan kriteria kentuntasan minimal (KKM).
5.             Mata pelajaran SKI melalui analisis indikator dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, dan kondisi satuan pendidikan.
6.             Pengembangan indikator penilaian, kisi-kisi, instrument penilaian. 
Secara umum langkah - langkah penilaian bertahap seperti bagan di bawah ini :
1.               Perumusan Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Tujuan evaluasi tertuju pada dua objek yaitu proses pembelajaran dan tingkat pencapaian dan kompetensi siswa. Rumusan tujuan akan membimbing pada pengembangan instrument penilitian. Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
a.              Apakah proses pembelajaran yang direncanakan dan dilakukan oleh guru sudah berjalan efektif, baik dari sisi strategi, metode, teknik, dan media pembelajarannya. Untuk menjawabnya, guru bisa menggunakan Quesioner, evaluasi diri, angket, dll?
b.             Bagaimana tingkat penerimaan, pemahaman, dan pencapaian kompetensi siswa dalam pembelajaran SKI?
2.               Pengembangan Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar
Indikator yang terdapat dalam standar kompetensi mata pelajaran SKI bisa dikelompokkan ke dalam dua aspek yaitu:
a.              Kemampuan untuk mengembangkan konsep dan nilai-nilai dalam sejarah dan peradaban Islam.
b.             Kemampuan untuk menerapkan konsep nilai-nilai sejarah melalui praktik atau pengalaman belajar.
3.             Penentuan Desain Evaluasi Hasil Pembelajaran
Dalam penyusunan desain instrumen, Pembuatan kisi-kisi aspek yang di ujikan dan kunci jawaban disertakan.
Disamping itu, penetapan criteria ketuntasan atau kelulusan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) harus dirumusskan pada saat penyusunan desain instrument. Secara umum kriteria ketuntasan itu bisa berkisar antara 0%-100% akan tetapi, kriteria ideal untuk masing-masing indikator lebih besar dari 60%. Dengan system KTSP, sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator tersendiri, apakah 50%, 60% atau 70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat kemampuan akademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru serta ketersediaan sarana dan prasarana.[10]











BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Evaluasi atau penilaian Pembelajaran adalah suatu proses atau usaha penilaian yang dilakukan oleh guru atas proses yang tengah berlangsung dalam kelas dan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa.
Untuk dapat melakukan penilaian dari proses dan hasil belajar siswa, seorang guru harus memperhatikan prinsip-prinsip umum yang biasa berlaku dalam kegiatan penilaian. Prinsip-prinsip itu antara lain edukatif (mendidik), memotivasi, berkeadilan, terpadu dan terbuka, komprehensif dan berkesinambungan. Disamping itu, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh alat dan teknik penilaian sebelum dipakai untuk menggali dan mengukur informasi mengenai objek dan subjek penilaian. Persyaratan itu antara lain validitas, reliabilitas, objektifitas, sistematis dan akuntabel.
Pentingnya nilai penilaian ini mendorong setiap orang untuk menanganinya dengan seksama, penilaian pendidikan tidak bisa dilakukan apa adanya, penilaiah haruslah dilakukan dengan cara terencana dan ada langkah-langkah serta procedural yang hendak dilakukan. Berikut adalah langkah-langkahnya : “ Perumusan tujuan, penetuan desain, penyusunan instrument, pengumpulan instrument, pengumpulan informasi, analisis dan tindak lanjut.
B.       Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.






[1] H.M Sukardi, Evaluasi Pendidikan; Prinsip & Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara,2009, h. 11-12
[2] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo, 2011), cet. 10, h. 1
[3] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo, 2011), cet. 10, h. 16-17
[4] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Pendidikan dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 3
[5] M. Hanafi,  Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta : Dirjen Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 23
[6] Suharsimi Arikanto, Dasar-dasar evaluasi Pendidikan ( Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 16
[7] Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : Rosda, 2010), cet. 2, h. 5-6
[8] H.M Sukardi, Evaluasi Pendidikan; Prinsip & Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), h. 94-95
[9] Ibid., h. 96
[10] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Pendidikan dan Instrumen Evaluasi,  (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 15-16